Respons Banjir dan Longsor, Muhammadiyah Tapanuli Selatan Buka Poskor Penanganan Darurat Bencana

Tapanuli Selatan – Rentetan cuaca ekstrem kembali menghantam Sumatera Utara. Empat wilayah kabupaten—Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan—diguyur hujan deras selama dua hari berturut-turut, Senin (24/11) dan Selasa (25/11). Intensitas hujan yang tinggi memicu banjir dan tanah longsor di banyak titik. Sejumlah fasilitas umum rusak dan kehidupan warga turut terganggu. Laporan awal bahkan mencatat adanya korban luka dan kerugian material yang cukup besar.

Data sementara Pusat Pengendalian Operasi BNPB per Rabu (26/11) pukul 07.00 WIB menunjukkan bahwa Sibolga menjadi daerah yang menerima dampak paling berat. Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa curah hujan yang turun tanpa jeda selama lebih dari 48 jam memicu meluapnya air dan pergerakan tanah di berbagai kawasan permukiman.

Banjir merendam sejumlah kelurahan di beberapa kecamatan. Di Kecamatan Sibolga Utara, Kelurahan Angin Nauli menjadi salah satu titik yang paling parah terendam. Air juga membanjiri Kelurahan Aek Muara Pinang dan Aek Habil di Kecamatan Sibolga Selatan. Sementara itu, Kecamatan Sibolga Kota melaporkan banjir di Kelurahan Pasar Belakang serta Pasar Baru. Rekaman visual yang beredar memperlihatkan derasnya aliran air yang menghantam rumah-rumah warga, menyeret kendaraan, dan merusak berbagai infrastruktur. Arus juga membawa lumpur, batang pohon, serta sisa bangunan yang terbawa dari lokasi lain.

Tak hanya banjir, longsor juga terjadi hampir bersamaan. Di Kecamatan Sibolga Utara, material longsor menutup beberapa bagian Kelurahan Angin Nauli, Simare-mare, Sibolga Hilir, Hutabarangan, Huta Tonga, dan Sibual-buali. Longsor juga muncul di Kecamatan Sibolga Selatan, tepatnya di Kelurahan Parombunan dan Aek Mani. Selain itu, tiga kelurahan di Kecamatan Sibolga Sambas—Pancuran Bambu, Pancuran Dewa, dan Pancuran Kerambil—ikut terdampak. Di Kecamatan Sibolga Kota, longsoran menutup akses menuju Kelurahan Pasar Belakang, Pasar Baru, dan Pancuran Gerobak.

Baca juga, Banjir Bandang dan Longsor Terjang Sumatera: Ribuan Warga Mengungsi, Korban Meinggal Dunia Bertambah

Dampak bencana yang beruntun ini tidak hanya mengganggu mobilitas warga, tetapi juga memblokade beberapa ruas jalan penting. Material longsor yang bercampur dengan lumpur dan pepohonan membuat akses menuju sejumlah lokasi semakin sulit dilewati. Satu warga dilaporkan mengalami luka-luka akibat terdampak langsung peristiwa tersebut. Korban telah mendapatkan penanganan dari tim kesehatan yang siaga di lapangan.

Kerugian material yang tercatat sementara mencakup kerusakan pada tiga rumah warga, termasuk satu bangunan ruko. Beberapa jalan penghubung antarwilayah juga terhalang lumpur dan puing, sehingga tim penanganan membutuhkan waktu tambahan untuk membuka kembali jalur tersebut. Kondisi ini turut memperlambat pendistribusian bantuan dan penilaian kerusakan di lokasi yang lebih terpencil.

Melihat situasi yang semakin mendesak, Muhammadiyah bergerak cepat dengan membuka posko darurat di Kantor PDM Tapanuli Selatan. Posko tersebut menjadi pusat koordinasi yang menghimpun bantuan logistik dan mengatur distribusi kebutuhan dasar untuk warga terdampak. Upaya ini dilakukan agar pendataan kebutuhan dan penyaluran bantuan bisa lebih terarah.

Salah seorang anggota LRB-MDMC PWM Sumatera Utara, Mukti Simamora, menjelaskan bahwa akses menuju beberapa titik masih sulit dijangkau. “Hingga kemarin jalan ke beberapa lokasi belum bisa dilalui. Hujan yang belum reda membuat tanah kembali bergerak dan memicu longsor tambahan,” ujarnya saat dihubungi. Ia juga menuturkan bahwa sinyal telekomunikasi di banyak lokasi terus mengalami gangguan, sehingga komunikasi lapangan menjadi terhambat dan koordinasi harus dilakukan lebih hati-hati.

Mukti menilai situasi ini masih berkembang dan pihaknya terus memantau kondisi cuaca. Ia mengatakan bahwa relawan di lapangan berupaya menjangkau warga yang belum mendapat bantuan sambil menunggu akses jalan dibersihkan tim gabungan. Warga diimbau tetap waspada, terutama mereka yang tinggal di dekat bantaran sungai atau lereng bukit yang rawan kembali bergerak.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *