Jadi Narasumber Sekolah Relawan PCIM Turki, Kabid Datin MDMC Jateng Tekankan Kesiapsiagaan Individu dalam Menghadapi Risiko Bencana

PWMJATENG.COM, Semarang – Ketua Bidang Data dan Informasi (Datin) Lembaga Resiliensi Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Muhammad Taufiq Ulinuha, mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan bencana bagi mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri, khususnya di Turki.

Peringatan itu disampaikan Ulinuha dalam Sekolah Relawan yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turkiye bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Sakarya, Ahad (11/5/2025). Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti puluhan mahasiswa Indonesia yang saat ini sedang menempuh studi di Turkiye.

Dalam pemaparannya, Ulinuha mengangkat tema Kesiapsiagaan dan Peran Relawan dalam Tanggap Darurat Gempa Bumi. Ia menjelaskan bahwa Turkiye merupakan wilayah yang sangat rawan bencana, khususnya gempa bumi.

“Turki (Türkiye) menjadi wilayah yang rawan gempa bumi karena letaknya berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Anatolia, Eurasia, dan Arab. Hal ini menjadikan Turkiye salah satu negara dengan risiko gempa bumi tertinggi di dunia,” ungkapnya.

Menurutnya, kesadaran terhadap risiko gempa sangat penting, terutama bagi mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di negara tersebut. Para peserta diminta aktif mencari informasi tentang kondisi geologis dan sejarah kegempaan di wilayah tempat tinggal masing-masing.

Baca juga, Menghidupkan Wakaf Muhammadiyah: Dari Aset Menganggur ke Amal Produktif

“Sebagai mahasiswa perantauan, kita harus mengetahui potensi bencana yang mungkin terjadi di sekitar kita. Kita perlu mencari tahu historical kegempaan wilayah itu dan mempersiapkan langkah-langkah antisipatif,” ujarnya.

Ulinuha juga mengingatkan bahwa kesiapan fisik dan mental menjadi faktor penting saat menghadapi bencana. Ia menekankan bahwa panik sering menjadi penyebab utama kekacauan dalam evakuasi.

“Ketika kita sudah mengidentifikasi potensi ancaman gempa, maka kita harus mempersiapkan diri agar jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi, kita sudah siap dan mampu mengatasi rasa panik,” tegasnya.

Selain itu, ia mengajak para peserta untuk tidak hanya mempersiapkan diri secara personal, tetapi juga siap menjadi bagian dari upaya tanggap darurat sebagai relawan kemanusiaan. Dalam kesempatan tersebut, Ulinuha menekankan pentingnya mematuhi kode etik relawan saat terlibat dalam penanganan bencana.

“Relawan bukan sekadar membantu, tapi juga harus menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, menghormati martabat korban, serta bertindak sesuai pedoman dan standar yang berlaku,” jelasnya.

Di akhir pemaparan, Ulinuha berharap agar mahasiswa Indonesia di Turkiye dapat menjadi garda depan dalam aksi kemanusiaan jika terjadi bencana, khususnya gempa bumi. Ia menegaskan bahwa pendidikan tentang mitigasi bencana merupakan bagian penting dalam membangun masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi risiko.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *