
PWMJATENG.COM, Klaten – Senyum ramahnya masih terpatri dalam ingatan banyak orang. Sosoknya dikenal bersahaja, mudah didekati, dan penuh semangat dalam setiap urusan kemanusiaan. Itulah almarhum H. Firdaus Wajdi, tokoh Muhammadiyah Klaten yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri sebagai relawan sejati. Kepergiannya membawa duka mendalam, namun juga menyisakan kenangan dan warisan kebaikan yang terus hidup.
Almarhum dikenal luas sebagai tokoh yang konsisten mengawal gerakan kemanusiaan melalui Lembaga Resiliensi Bencana Muhammadiyah (MDMC) Klaten. Di bawah kepemimpinannya, berbagai inisiatif kerelawanan tumbuh dan berkembang. Salah satu yang paling diingat adalah pembentukan Komunitas Mobil Layanan Umat Muhammadiyah 1912 (LautMu 1912)—sebuah wadah relawan yang bergerak di bidang layanan sosial dan kemanusiaan.
“Beliaulah yang pertama kali menggagas pembentukan LautMu 1912. Ia selalu hadir memberi arahan dan semangat dalam setiap kegiatan,” tutur seorang rekan relawan yang masih tak percaya atas kepergian sosok yang ia anggap sebagai guru itu.
Firdaus Wajdi bukan hanya pelopor, tetapi juga pembina yang setia. Hingga hari-hari terakhirnya, ia tetap mendampingi para relawan. Pertemuan rutin LautMu 1912 yang digelar Januari 2025 di Cabang Ceper menjadi momentum terakhir kehadiran beliau secara langsung. Dalam pertemuan itu, almarhum bahkan memberikan gagasan penting agar kegiatan komunitas menempati Gedung Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sentono yang berada di bawah naungan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sentono Ngawonggo—ranting yang juga dipimpin olehnya.
“Ia tidak pernah absen memberi dorongan, bahkan saat kondisi kesehatannya mulai menurun,” ujar salah seorang anggota LautMu 1912. “Sungguh, pengabdian beliau luar biasa. Masih terasa betul kehangatan dan ketulusan yang ia tunjukkan kepada siapa pun.”
Di kalangan aktivis Muhammadiyah, almarhum Firdaus dikenal sebagai pribadi yang tak kenal lelah. Ia terlibat langsung dalam berbagai respons kebencanaan, kegiatan sosial, hingga penguatan organisasi Muhammadiyah di tingkat akar rumput. Semangatnya yang mengalir dalam gerakan relawan menjadi energi tersendiri bagi generasi muda yang kini melanjutkan perjuangan.
Baca juga, Ulama Sejati Adalah Ilmuwan: Menafsir Ulang Ulul Albab dalam Cahaya Al-Qur’an dan Sains
Tak hanya dikenal karena kegigihannya, Firdaus juga dikenang karena kelembutannya dalam bersikap. Seorang warga Sentono menuturkan, “Mas Firdaus itu selalu tersenyum, tidak pernah menolak ketika dimintai bantuan. Sosoknya sangat dirindukan.”
Firdaus sendiri pernah menjabat sebagai Ketua LRB-MDMC PDM Klaten Periode 2015-2022. Selain itu, pada tahun 2013, ia menjadi salah satu anggota Tim Kemanusiaan Muhammadiyah untuk respons Topan Haiyan di Filipina. Hingga akhir hayatnya, Firdaus mengemban amanah sebagai Ketua PRM Sentono, Ngawonggo, Ceper, Klaten.
Kepergian Firdaus Wajdi tak hanya menyisakan kesedihan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya pengabdian tanpa pamrih. Komunitas LautMu 1912 menyampaikan belasungkawa dan doa, berharap agar seluruh amal kebaikan almarhum diterima Allah SWT.
“Engkau orang baik, Mas Firdaus. Kami akan selalu mengenangmu. Semoga engkau husnul khatimah, diampuni segala dosa dan diterima semua amal ibadahmu. Surga menantimu,” ungkap salah satu relawan dengan suara bergetar.
Kini, nama Firdaus Wajdi abadi dalam ingatan mereka yang pernah bekerja bersamanya. Ia telah pergi, tetapi semangat dan dedikasinya tetap hidup dalam setiap aksi relawan, dalam setiap langkah kemanusiaan yang terus menyala.
Sebagaimana kata pepatah, orang baik tak pernah benar-benar pergi. Ia hidup dalam amal jariahnya, dalam keteladanan yang ia tinggalkan, dan dalam setiap doa dari orang-orang yang pernah disentuh oleh kebaikannya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha