Waspada Cuaca Ekstrem! Muhammadiyah Imbau Masyarakat Siaga Hadapi Pancaroba Mei Ini

PWMJATENG.COM, Yogyakarta – Bulan Mei yang semestinya memasuki masa pancaroba justru masih diwarnai curah hujan tinggi dan angin kencang di sejumlah daerah. Masyarakat pun diminta untuk lebih waspada terhadap potensi bencana yang bisa muncul akibat perubahan cuaca ekstrem tersebut.

Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Setiawan, menegaskan bahwa fenomena pancaroba memang sulit diprediksi. “Bisa jadi pagi dan siang panas terik, lalu tiba-tiba sore dan malam hujan deras,” ujarnya dalam Dialog Tanggap Bencana di RRI Jogja, Senin (13/5).

Menurutnya, meskipun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan prakiraan cuaca secara rutin, tetapi masih banyak masyarakat yang belum memperhatikan informasi tersebut dengan serius. Karena itu, edukasi dan sosialisasi seputar perubahan cuaca mutlak diperlukan, tidak hanya untuk masyarakat umum tetapi juga kalangan terdidik.

Tokoh masyarakat Kampung Kauman ini menyoroti pentingnya persiapan menghadapi cuaca yang berubah secara tiba-tiba. Ia mengingatkan bahwa angin kencang berisiko menyebabkan pohon tumbang dan gangguan pada aliran listrik. “Kalau ada kegiatan besar, sebaiknya siapkan listrik cadangan. Tapi yang lebih penting, warga harus waspada terhadap perubahan cuaca mendadak,” katanya.

Budi juga mengimbau para relawan Muhammadiyah, khususnya yang tergabung dalam Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), untuk tidak lelah dalam memberikan edukasi tentang musim pancaroba. Ia menekankan bahwa informasi ini sangat penting untuk disampaikan berulang kali, terutama di bulan Mei yang dikenal sebagai masa transisi.

“Relawan perlu aktif menyampaikan lima gejala yang biasanya muncul saat pancaroba. Yaitu perubahan suhu secara tiba-tiba, angin kencang, cuaca panas lalu hujan deras, serta ketidakstabilan kondisi yang bisa menurunkan daya tahan tubuh,” jelasnya.

Baca juga, Menimbang Tuntunan Syariat dalam Manasik Haji: Muhammadiyah Tegaskan Pentingnya Pemurnian Ibadah

Selain itu, warga yang tinggal di dekat sungai juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Curah hujan tinggi dapat menyebabkan naiknya debit air, yang berisiko menimbulkan banjir jika sungai tersumbat sampah.

“Jika sungai kotor dan aliran air terhambat, luapan air bisa terjadi. Maka kami minta masyarakat menjaga kebersihan sungai agar air tetap mengalir lancar,” ujar Budi.

Peringatan ini bukan tanpa alasan. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah daerah di Indonesia mengalami banjir mendadak dan pohon tumbang akibat angin kencang yang menyertai hujan. Musim pancaroba yang tak menentu telah menimbulkan berbagai persoalan, terutama di wilayah padat penduduk.

Muhammadiyah melalui LRB dan MDMC terus aktif menggalakkan mitigasi bencana berbasis komunitas. Mereka menyadari bahwa kesiapsiagaan masyarakat merupakan kunci utama dalam menghadapi bencana alam. Budi menyampaikan bahwa kesiapan tidak hanya berkaitan dengan logistik, tetapi juga soal pengetahuan dan kesadaran kolektif.

“Cuaca tidak bisa kita kendalikan, tapi kita bisa mempersiapkan diri. Edukasi, kesiagaan, dan kebersamaan menjadi kunci utama mengurangi risiko bencana,” tegasnya.

Dengan semangat gotong royong dan kepedulian, Muhammadiyah berharap masyarakat Indonesia semakin tangguh menghadapi perubahan iklim. Apalagi, bencana sering datang tanpa peringatan yang cukup waktu.

“Waspada, siaga, dan terus belajar. Itulah cara terbaik menghadapi cuaca ekstrem yang semakin tidak menentu ini,” pungkas Budi.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *