
Pariaman – Bencana hidrometeorologi kembali melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat pada Kamis (27/11). Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang mengguyur kawasan itu selama beberapa hari terakhir membuat dampaknya meluas dan kini dirasakan masyarakat di beberapa daerah. Salah satu kawasan yang mengalami kondisi terparah berada di Desa Pungguang Ladiang, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman.
Sejak pagi, air perlahan naik dan kemudian berubah menjadi banjir dengan ketinggian sekitar satu meter. Genangan tersebut merendam rumah-rumah warga dan membuat aktivitas harian lumpuh total. Penduduk yang panik berusaha menyelamatkan barang penting sembari mencari tempat lebih aman.
“Air cepat sekali naiknya. Kami tidak sempat menyelamatkan banyak barang,” ujar salah seorang warga yang rumahnya terendam. Ia menyebut situasi mulai tidak terkendali saat air menyentuh lantai rumah dan kemudian meninggi dalam waktu singkat.
Menurut keterangan warga lainnya, hujan deras pada malam sebelumnya sudah menimbulkan kekhawatiran. Namun, mereka tidak menyangka debit air akan meningkat hingga merendam permukiman. Kondisi tersebut membuat ratusan orang memilih mengungsi. Mereka berpindah ke lokasi aman yang disiapkan pemerintah setempat, memanfaatkan bangunan yang lebih tinggi dan kawasan yang tidak tergenang.
Baca juga, Banjir Bandang dan Longsor Terjang Sumatera: Ribuan Warga Mengungsi, Korban Meinggal Dunia Bertambah
Seorang warga menuturkan bahwa banyak keluarga harus keluar rumah tanpa membawa perlengkapan lengkap. “Kami langsung diarahkan untuk mengungsi. Yang penting keluar dulu dari rumah,” katanya.
Melihat kondisi genting yang terjadi, Lembaga Resiliensi Bencana atau Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) dari PWM Sumatera Barat bersama relawan dari Padang Pariaman segera turun ke lapangan. Kehadiran mereka bertujuan membantu warga yang terdampak banjir serta memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi selama masa tanggap darurat.
LRB-MDMC mendirikan Pos Layanan di dekat area pengungsian. Pos tersebut menjadi pusat aktivitas pertolongan awal, mulai dari pendataan hingga distribusi kebutuhan mendesak. Para relawan menyalurkan logistik berupa makanan, perlengkapan dasar, dan kebutuhan harian yang sangat dibutuhkan warga.
