
MDMC | Semarang – Pemerintah menetapkan status tanggap darurat di wilayah Brebes Selatan dan Majenang, Cilacap, setelah banjir menerjang sejumlah kawasan di Bumiayu dan longsor kembali terjadi di Majenang. Menyikapi kondisi tersebut, Lembaga Resiliensi Bencana/Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) PWM Jawa Tengah segera menggelar rapat koordinasi untuk menyusun dukungan personel dan memperkuat layanan di lokasi bencana.
Rapat koordinasi itu berlangsung bersama LRB-MDMC Korwil 5 (Banyumas Raya) sebagai tindak lanjut dari perkembangan situasi di lapangan. Pertemuan tersebut dipimpin langsung Ketua Bidang Tanggap Darurat LRB-MDMC PWM Jawa Tengah, Dony Halim Mutiasa, yang menegaskan bahwa langkah cepat perlu diambil mengingat kondisi masyarakat di dua wilayah itu belum stabil.
“Kami harus memastikan seluruh lini bergerak terpadu,” ujar Dony dalam forum tersebut. Ia menyampaikan bahwa koordinasi lintas daerah menjadi kunci agar kebutuhan darurat dapat terpenuhi tanpa menunda waktu. Menurutnya, percepatan mobilisasi relawan juga sangat penting untuk menghadapi potensi bencana susulan.
Dalam rapat itu, Poskor Penanggulangan Darurat Bencana Muhammadiyah Cilacap dan Brebes turut memaparkan laporan terbaru mengenai situasi lapangan. Informasi yang disampaikan mencakup perkembangan terkini banjir dan longsor, layanan yang sudah diberikan kepada penyintas, hingga kendala teknis yang masih mereka hadapi. Para petugas juga menjelaskan kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi agar penanganan dapat berlangsung lebih optimal.
Baca juga, Cerdas tapi Perlu Batas: Memilah Fungsi AI dalam Pencarian Referensi Agama
Laporan tersebut mencakup distribusi logistik yang sudah berjalan di beberapa titik, pendataan warga terdampak, serta pembukaan akses menuju wilayah yang sebelumnya terputus. Relawan yang bertugas mengungkapkan bahwa beberapa daerah masih sulit dijangkau karena medan terjal dan curah hujan tinggi. Meski begitu, upaya evakuasi terus dilanjutkan dengan prioritas pada kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Selain pemaparan dari masing-masing Poskor, rapat ini juga membahas strategi untuk meningkatkan efektivitas layanan darurat. Dony menyampaikan bahwa koordinasi dengan pemerintah daerah berjalan baik dan harus terus diperkuat, terutama terkait kebutuhan logistik dan peralatan berat. “Kami berupaya menjaga komunikasi intensif agar keputusan yang diambil selalu sesuai kebutuhan di lapangan,” katanya.
Salah satu poin penting dalam rapat adalah rencana mobilisasi relawan dari daerah penyangga. Beberapa wilayah di Banyumas Raya telah menyatakan siap mengirimkan SDM tambahan untuk memperkuat operasional Poskor PDB Muhammadiyah Cilacap. Pengiriman personel ini dilakukan agar layanan kemanusiaan mampu menjangkau lebih banyak titik terdampak, sekaligus meringankan beban relawan yang sudah bekerja sejak hari pertama.
Menurut penjelasan peserta rapat, dukungan SDM sangat dibutuhkan untuk mempercepat asesmen, layanan kesehatan, dapur umum, hingga pemenuhan kebutuhan dasar penyintas. Para relawan juga diarahkan memperhatikan keselamatan diri mengingat ancaman longsor masih mungkin terjadi. Intensitas hujan yang belum menurun membuat kawasan lereng tetap masuk kategori rawan.
Rapat koordinasi ini pada akhirnya menghasilkan beberapa langkah operasional yang akan segera dieksekusi. Selain pengerahan personel tambahan, MDMC juga akan meningkatkan monitoring cuaca, memperkuat komunikasi radio, dan memastikan kebutuhan logistik tetap terpenuhi. “Kami berusaha agar semua proses penanganan berlangsung cepat, terarah, dan menyentuh warga yang paling membutuhkan,” ujar salah satu perwakilan Poskor.
