Banjir Bandang Terjang Bumiayu, Relawan Muhammadiyah Bergerak Cepat

MDMC | Brebes – Banjir bandang melanda Kecamatan Bumiayu, Brebes, setelah hujan deras mengguyur wilayah Brebes Selatan sejak Sabtu hingga Kamis, 8–13 November 2025. Perubahan aliran Sungai Keruh akibat penumpukan sedimentasi memicu luapan besar yang menyapu permukiman, menutup akses jalan utama, merusak fasilitas publik, mengganggu suplai air bersih, hingga menimbulkan korban jiwa. Warga menyebut peristiwa ini sebagai kejadian paling berat dalam beberapa tahun terakhir.

Subkor Kedaruratan BPBD Brebes, Rismanto, memaparkan bahwa bergesernya alur Sungai Keruh menjadi penyebab utama banjir. Ia menjelaskan bahwa air meluap dan merendam rumah-rumah di Desa Adisana, Penggarutan, dan Kalierang. Kondisi itu memutus jalur Adisana–Cilibur, merusak sejumlah infrastruktur desa, serta berdampak langsung pada 134 warga dari 41 rumah. Gangguan juga terjadi pada suplai air bersih setelah tiga titik sumber PDAM Tirta Baribis rusak akibat derasnya arus. Empat sekolah dasar di Kalierang tidak dapat beroperasi karena ruang kelas tertutup lumpur. Dalam kejadian itu, seorang warga bernama Haikal Alfi (27) meninggal dunia setelah tersengat listrik dan terseret arus.

Warga Adisana, Faqih Mahtuh, menuturkan bahwa aktivitas warga seketika terhenti. Menurut dia, arus lalu lintas di RW 03/RT 01 lumpuh karena aliran sungai menggenangi jalan raya Adisana–Dukuhweni. Dampaknya langsung dirasakan oleh 59 keluarga. Sekretaris Desa Adisana, Winny Dian P., mengatakan banyak anak sekolah, pedagang, dan pekerja harus mencari jalan memutar. Ia menyebut dinding pembatas di RT 01 Dukuh Kweni jebol dan air deras segera masuk ke permukiman sekitar Perumahan Jabal Mina 1.

Kondisi serupa terjadi di Desa Penggarutan yang mencatat 28 keluarga terdampak. Jalan desa di Adisana RT 01/RW 03 masih tidak bisa dilewati, dengan ketinggian genangan mencapai 20–50 sentimeter. Relawan KOKAM, Yohan Melani, menyampaikan bahwa situasi di lapangan masih cukup berat karena aliran air belum sepenuhnya surut.

Baca juga, Cerdas tapi Perlu Batas: Memilah Fungsi AI dalam Pencarian Referensi Agama

Sebagai langkah darurat, BPBD dan Pemkab Brebes melakukan pengerukan sedimentasi, menutup tanggul yang jebol, serta mengalihkan kembali aliran Sungai Keruh ke jalur semula. Dua alat berat diturunkan untuk mempercepat proses tersebut. “Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Tanggul yang jebol ditutup agar air tidak terus masuk ke permukiman,” kata Rismanto.

Menghadapi situasi darurat, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Brebes langsung mengaktifkan Pos Koordinasi Relawan (POSKOR) di Muhammadiyah Children Center (MCC) PCM Bumiayu, Pagenjahan, Kalierang. Anggota LRB MDMC Brebes, Afghani Abduh Ridha, menuturkan bahwa sejak hari pertama mereka melakukan asesmen di tiga desa terdampak, mengevakuasi warga, membersihkan material banjir, menyemprot jalan, menyalurkan logistik, serta menjalankan pemulihan dini bersama BPBD, BNPB, Damkar, Banser, ormas, dan pemerintah desa.

Pada Kamis, 13 November, MDMC bersama RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Klinik Pratama Aisyiyah Bumiayu, dan Klinik PKU Penggarutan mengadakan layanan kesehatan gratis di PRM Kalierang, Klinik Penggarutan, dan Desa Adisana. Sebanyak 210 warga memanfaatkan layanan tersebut. Selain itu, MDMC membagikan 300 paket sembako dan menyediakan distribusi air bersih karena suplai PDAM masih terhenti. “Warga sangat membutuhkan bantuan. Kami bergerak secepat mungkin,” ujar Ria Utami, relawan MDMC.

MDMC Brebes juga mengimbau AUM, ortom, dan warga Muhammadiyah untuk mengonsolidasikan bantuan melalui POSKOR agar pemulihan berlangsung lebih cepat. Semangat ta’awun yang ditunjukkan jaringan Muhammadiyah di Brebes Selatan memperlihatkan komitmen mereka dalam membantu masyarakat pada masa tanggap darurat.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *